Lahir di Tarutung, Tapanuli, Sumatra Utara pada 26 Agustus 1914, Albert sudah menekuni dunia jurnalistik sejak usianya menginjak remaja.
Nama Albert Manumpak Sipahutar mungkin masih jarang dikenal oleh masyarakat Indonesia. Ia merupakan salah satu jurnalis berdarah Batak paling berpengaruh bagi perkembangan pers di Indonesia.
Lahir di Tarutung, Tapanuli, Sumatra Utara pada 26 Agustus 1914, Albert sudah menekuni dunia jurnalistik sejak usianya menginjak remaja. Ia juga menjalin persahabatan dengan Adam Malik dan mendirikan cabang Partai Indonesia (Partindo) di Pematangsiantar.
Tidak diketahui secara pasti perjalanan pendidikan Albert. Namun, di usianya yang masih muda itu sudah mendirikan majalah Sinar Marhaen sekaligus menjadi pemimpin harian Zaman Kita bersama Arif Lubis. Namun, pada tahun 1934, harian ini tutup dan Albert pindah ke Pewarta Deli di Medan menjadi koresponden.
Albert juga sempat bekerja di Batavia bersama Adam Malik yang berkutat di bidang politik dan juga periklanan.
Untuk melanjutkan membaca.
Mendirikan Antara
Setelah malang melintang di dunia jurnalistik, Albert juga menulis artikel tentang politik dan kejahatan yang dimuat di beberapa koran lokal, salah satunya adalah Tjaja Timoer yang dipimpin oleh Soemanang Soerjowinoto.
Seiring berjalannya waktu, Soemanang pun menyukai karya tulisan Albert dan mengajaknya untuk bekerja sama. Mereka berdua kurang senang melihat kantor berita Aneta memberi sedikit ruang bagi kantor berita lokal.
Dengan persiapan beberapa bulan, kantor berita Antara pun berdiri pada 13 Desember 1937.
Soemanang menjadi pemimpin redaksi, Albert menjadi redaktur, sedangkan Adam Malik juga ikut bergabung sebagai redaktur senior.
Dirikan Majalah Baru
Setelah berdirinya Antara, Albert keluar dari keanggotaan Partindo dan memilih bergabung dengan Gerakan Rakyat Indonesia atau Gerindo yang berhaluan anti-fasis yang dipimpin oleh Amir Sjarifuddin.
Dengan ini, Albert dengan leluasa bisa mendirikan majalah baru. Keinginannya itu terwujud dengan mendirikan Toedjoean Rakjat pada tahun 1938.
Untuk melanjutkan membaca.
Akibat masalah kesehatan, Albert memutuskan kembali ke kampung halamannya untuk beristirahat. Sementara jabatannya di Antara digantikan oleh Alwi Soetan Osman, karyawan dari Kementerian Kehakiman Hindia Belanda.
Akhir Hayat
Albert yang sudah memiliki riwayat penyakit tetap tidak lelah untuk menulis dan aktif di dunia politik. Bahkan ia sempat menulis untuk surat kabar Keng Po dan Kebangoenan.
Atas aktivitasnya di bidang politik, ia ditangkap oleh Belanda dan dijebloskan ke penjara di Sukabumi, lalu dipindahkan ke Garut dan Nusakambangan. Tahun 1942, ia dibebaskan akan tetapi kantor Antara dilikuidasi.
Albert kemudian menderita penyakit paru-paru, ia memutuskan untuk beristirahat di Garut. Sisa hidupnya ia habiskan di Yogyakarta setelah menikah. Albert tinggal di sebuah Sanotarium di Pakem.
Ia pun meninggal pada tanggal 5 Januari 1948 dan dimakamkan di Yogyakarta. Tepat pada ulang tahun Antara ke-41, makam Albert dipindahkan ke TPU Tanah Kusir Jakarta.
Pria berdarah Batak ini sudah malang melintang di dunia sastra maupun jurnalistik yang menjadi inspirasi bagi banyak orang.
Sosok Albertus Soegijapranata pernah berdiplomasi dengan Vatikan untuk mengakui kemerdekaan Indonesia
Dua sosok Jenderal TNI bintang lima ini ternyata pernah jadi atasan dan bawahan. Simak karier keduanya hingga mampu meraih penghargaan tertinggi militer.
Untuk melanjutkan membaca.
Namanya semakin terkenal ketika ia membuat novel berjudul Asmara Jaya dan Darah Muda.
Lukisan kuno di dalam gua ini berusia 5.000 tahun.
Sikap Etik yang mendampingi Ganjar berkampanye menimbulkan pertanyaan publik.
Nama Bupati Kutai Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Timur FX Yapan menjadi sorotan setelah ajudannya Serka Daniel menendang wajah sopir CPO.
Mencekam, Makam Kuno Ini Berisi Sisa-Sisa Tulang Bocah Berusia 3.000 Tahun Bersama Kerangka Kuda Berhias Kalung Perunggu
Sumatera Barat bagi Mahfud bukan hanya sekadar penyumbang orang atau tokoh, tetapi juga sebagai daerah tempat meramu ideologi yang lahir di negara ini.