Jakarta, CNBC Indonesia – Serangan balasan Israel ke kelompok Hamas Palestina di Jalur Gaza, telah memasuki hari ke-100. Kekerasan pun tak hanya terjadi di Gaza, tetapi juga merembet ke Tepi Barat (West Bank), perbatasan Israel-Lebanon, hingga sejumlah wilayah lain di Timur Tengah seperti perairan penting Laut Merah.
Konflik tersebut telah menciptakan bencana kemanusiaan bagi 2,4 juta orang di Gaza yang dikuasai Hamas dan membuat sebagian besar wilayah pesisir menjadi puing-puing. Berikut 5 perkembangan terkini dihimpun CNBC Indonesia dari berbagai sumber pada Senin (15/1/2024).
Jumlah Korban Tewas Tembus 24 Ribu
Laporan Anadolu Agency (AA), menyebut sebanyak 24.100 warga Palestina telah tewas akibat serangan Israel. Sementara sekitar 60.834 terluka.
“(Pasukan) pendudukan Israel melakukan 12 pembantaian terhadap keluarga di Jalur Gaza, mengakibatkan 132 korban jiwa dan 252 luka-luka selama 24 jam terakhir,” kata kementerian tersebut dalam sebuah pernyataan.
Menurut PBB, 85% penduduk Gaza telah menjadi pengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan. Sementara 60% infrastruktur di wilayah tersebut rusak atau hancur.
menurut data Al Jazeera, hingga 12 Januari, setidaknya total 93 jurnalis terbunuh sejak perang Israel-Gaza dimulai pada 7 Oktober. Menurut Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) dan Federasi Jurnalis Internasional (IFJ), 86 warga Palestina, 3 jurnalis Lebanon dan 4 jurnalis Israel terbunuh.
Babak Baru Negosiasi Pembebasan Sandera
Perundingan untuk mendapatkan pembebasan sandera Israel yang ditahan di Gaza oleh Hamas telah memasuki babak baru. Putaran baru ini menandakan berakhirnya kebuntuan selama berbulan-bulan dan meningkatkan harapan di kalangan kerabat para sandera.
Melansir Guardian, menurut sumber terkait, rincian baru muncul dalam beberapa hari terakhir mengenai kesepakatan yang memungkinkan obat-obatan, seperti obat resep penting. Ini untuk menjangkau para sandera, bersamaan dengan peningkatan bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Pada Jumat, kantor Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengkonfirmasi perjanjian tersebut, yang akan mulai berlaku minggu ini. Para perunding saat ini sedang mendiskusikan bagaimana cara mengirimkan obat-obatan dan bantuan kepada Israel dan Hamas.
Sekitar 250 sandera ditangkap oleh Hamas selama serangan mereka yang belum pernah terjadi sebelumnya di Israel selatan pada tanggal 7 Oktober, menurut data Israel. Setidaknya 130 lainnya masih ditahan.
Titah Baru Xi Jinping
China menyerukan konferensi perdamaian berskala besar dan otoritatif mengenai perang yang masih berlangsung di Gaza. Hal ini disampaikan Menteri Luar Negeri China Wang Yi saat pertemuan di Mesir pada akhir pekan.
“China menyerukan diselenggarakannya konferensi perdamaian internasional yang berskala lebih besar,” kata Wang, mengutip Guardian.
“Lebih berwibawa dan efektif, perumusan jadwal dan peta jalan yang spesifik untuk penerapan ‘solusi dua negara’, dan dukungan untuk segera dimulainya kembali Israel. Pembicaraan perdamaian Palestina,” tambahnya.
Sementara seorang Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China mengatakan pada Senin bahwa peta jalan tersebut harus “mengikat”. Namun kapan diselenggarakan belum ditentukan.
“Mengenai waktu dan tempat konferensi serta di mana konferensi akan diselenggarakan, saya pikir hal itu perlu ditentukan oleh semua pihak melalui konsultasi,” kata Mao Ning pada konferensi pers rutin di Beijing, seperti dikutip Reuters.
“China juga menyambut baik peran aktif PBB dalam hal ini,” katanya.
Ini bukan pertama kalinya China buka suara terkait Gaza. Pada akhir 2023 lalu, Presiden China Xi Jinping, dalam komunikasi melalui telepon dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron, menekankan solusi dua negara harus segera diberlakukan.
“Prioritas utama adalah mencegah situasi Palestina-Israel semakin memburuk. Terutama munculnya krisis kemanusiaan yang lebih parah di wilayah Palestina yang terkepung di Gaza,” katanya seperti dimuat Kementerian Luar Negeri China pada saat itu.
Diketahui sejak perang pecah China kerap menyuarakan penyelesaian konflik. China sendiri kini memegang peranan penting dalam sejumlah penyelesaian masalah Timur Tengah, seperti menengahi konflik Arab Saudi dan Iran hingga kedua negara membuka kembali hubungan di pertengahan 2023 ini.
Konflik Melebar ke Wilayah Lain
Ketika Israel membombardir Gaza, Israel juga meningkatkan serangan dan penangkapannya di Tepi Barat yang diduduki. Ketegangan juga tinggi dengan negara-negara tetangga.
Kelompok Hizbullah Lebanon dan tentara Israel hampir setiap hari terlibat baku tembak di sepanjang perbatasan utara Israel dengan Lebanon. Pembunuhan seorang pemimpin senior Hamas dalam dugaan serangan Israel di Beirut juga menimbulkan kekhawatiran mengenai konflik yang lebih luas.
Sementara itu, dari Yaman, pemberontak Houthi mulai menargetkan kapal-kapal internasional yang terkait dengan Israel di Laut Merah, salah satu rute terpenting bagi perdagangan global. Houthi berjanji tidak akan berhenti sampai perang benar-benar terjadi.
Menanggapi agresi Houthi, Amerika Serikat (AS) dan Inggris pun melancarkan serangan besar-besaran di wilayah Yaman. Terbaru, Houthi pun dilaporkan menyerbu kapal perang AS di Laut Merah dengan drone.
Presiden Israel Dicemooh Saat Minta Bantuan
Tekanan semakin meningkat terhadap para pejabat Israel untuk membawa kembali 136 orang yang diyakini masih ditawan di Gaza. Presiden Isaac Herzog pun dicemooh dalam sebuah acara besar di Tel Aviv, saat meminta bantuan terkait hal tersebut .
Dia berusaha menarik simpati internasional di televisi nasional. Namun penonton berteriak, “Sekarang! Sekarang!” dan mencemooh pidatonya, menurut laporan Times of Israel.
“Saya menyerukan kepada seluruh bangsa untuk melakukan bagian Anda. Ini bukan hanya pertarungan kita. Ini adalah pertempuran untuk seluruh dunia. Berdirilah dengan kehidupan dan kebebasan. Berdiri dengan kebebasan dan demokrasi, melawan barbarisme dan kebencian,” kata Herzog meminta warga berhenti mencemoohnya.
Israel Mengabaikan Semua Perintah AS
Amerika terus meminta Israel mengurangi serangan mematikan terhadap warga sipil di Gaza. Namin kepemimpinan Israel telah memutuskan untuk “melanjutkan kampanye intensitas tinggi sepanjang bulan Januari”.
Laporan The Washington Post, mengutip enam pejabat AS yang tidak disebutkan namanya. Mereka mengatakan Israel mengabaikan semua permintaan AS untuk mengurangi intensitas serangannya ketika jumlah korban sipil melonjak.
Wakil presiden eksekutif di Pusat Kebijakan Internasional, Matt Duss, mengatakan AS bisa mengambil langkah memotong bantuan militer tahunan senilai US$3,8 miliar. Ini, kata dia, adalah salah satu cara agar Israel ikut serta.
“Jika Presiden (Joe Biden) benar-benar frustrasi, dia punya banyak alat yang bisa dia gunakan. Menjanjikan dukungan tanpa syarat apapun yang terjadi bukanlah cara yang baik untuk membuat seseorang melakukan sesuatu yang berbeda,” kata Duss.
Artikel Selanjutnya
9 Update Perang Gaza, Korban Baru-Hamas Tak Terkalahkan
(sef/sef)