Jakarta, CNBC Indonesia – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah meluncurkan panduanClimate Risk Management & Scenario Analysis (CRMS) untuk sektor perbankan.Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae menyebut panduan itu merupakan alat untuk menilai ketahanan model bisnis dan strategi bank dalam menghadapi risiko perubahan iklim.
“Ini menjadi tugas bersama bagi semua stakeholders, termasuk sektor perbankan yang memiliki peran besar dalam menggerakkan pembiayaan ke arah rendah karbon sesuai dengan arah kebijakan pemerintah,” ujar Dian dalam Launching Panduan CRMS di St. Regis, Senin (4/3/2024).
Bankir pun buka suara terkait pembiayaan sektor pertambangan. Seperti komoditas nikel, yang didorong dalam rangka hilirisasi namun tersendat dengan isu ke lingkungan.
Direktur Risk Management PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) David Pirzada mengatakan pihaknya masih akan melanjutkan pembiayaan untuk smelter nikel. Sebab, itu berkaitan dengan program hilirisasi, dan ia melihat smelter nikel ke depannya masih akan dibutuhkan.
“Jadi pembiayaan itu [smelter nikel], kita nggak bisa langsung stop begitu saja. Kalau pun misalnya harus adaphase out, itu juga masuk ke dalam roadmap,” pungkas David selepas acara yang sama.
Ia menjelaskan roadmap Net Zero Emission (NZE) memuat keluar secara bertahap atauphase outpembiayaan smelter nikel.
“Jadi memang itu masuk ke dalam langkah-langkah selanjutnya. Kalau pun misalnya memang harus di phase out, itu pun juga termasuk di dalam framework. Itu juga, misalnya untuk penurunan emisi itu, kita pakai carbon credit, itu juga bisa kita lakukan,” jelas David.
Sama halnya dengan pembiayaan batu bara. David mengatakan pihaknya melihat beberapa pembangkit listrik juga masih mengandalkan batu bara.
“Kita juga melihat bahwa dari beberapa pembangkit listrik yang [menggunakan] batu bara, kita juga melihat ada roadmapnya PLN juga ya, kan. Jadi kita juga mengikuti selaras dengan itu. Dalam arti, kita tidak serta merta menghentikan pembiayaan kepada batu bara, tetapi kita juga melihat roadmap atau arah dari planning di PLN juga maupun juga pemerintah,” katanya.
Meskipun demikian, BNI akan menjaga portfolio kredit dari eksposur batu bara. Sehingga, tidak porsinya tidak akan tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan portfolio saat ini.
Kemudian, Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. (BCA), Jahja Setiaatmadja mengatakan pihaknya sudah banyak menyalurkan pembiayaan smelter nikel dengan melakukan sindikasi dengan beberapa bank besar lainnya.
“Nikel sudah ada [pembiayaannya], terutama smelter-smelter kita sudah banyak. Bukan hanya kita lah, sindikasi dengan beberapa bank besar lain juga kita terus kita laksanakan. Untuk EV [electronic vehicle] juga kan salah satu ya, ada sumber-sumber lain juga kelihatannya. Tapi itu salah satu yang kita ikhtiarkan,” pungkasnya dalam kesempatan yang sama.
Sedangkan untuk batu bara, BCA tidak akan menurunkan porsi portfolio kreditnya. Namun, Jahja mengatakan akan menahan terlebih dahulu penyaluran kredit batu bara dengan melihat kebutuhannya.
Ia juga memaparkan saat ini portfolio pembiayaan hijau di bank swasta terbesar RI itu sudah mencapai 25%.
Sementara itu, Wakil Direktur PT Bank Mandiri (Mandiri) Tbk. (BMRI) Alexandra Askandar mengungkapkan pihaknya telah siap dalam memenuhi target NZE pemerintah.
“Kalau saat ini memang Mandiri juga komitmen karena kita sudah punya target untuk mencapai NZE dalam kegiatan operasi di tahun 2030 atau lebih cepat dan untuk pembiayaan di tahun 2060,” katanya di kesempatan yang sama.
Maka demikian, peluncuran panduan ini diharapkan akan mendorong sektor perbankan untuk bersinergi bersama pemerintah dalam mencapai target nol emisi karbon 2060.
“Jadi dengan adanya kebijakan seperti ini tentunya akan mendorong perbankan untuk sama2 kita bergerak ke arah tujuan pemerintah mencapai NZE 2060,” jelasnya.
Untuk diketahui, peluncuran panduan CRMS sektor perbankan ini juga ditandai dengan penandatanganan oleh tujuh bank yang mewakili sektor perbankan. Antara lain Bank Mandiri, BRI, BNI, BCA, BSI, BJB, dan CIMB Niaga.
Artikel Selanjutnya
Beban Bunga Bank Meroket, Dana Murah Jadi Rebutan
(ayh/ayh)