Pasar keuangan Indonesia kembali bergerak beragam, IHSG menguat sementara rupiah melemah dan harga SBN turun
Wall Street ditutup beragam, Dow Jones melemah sementara Nasdaq dan S&P menguat
Rancangan Awal APBN 2025 dan data pertumbuhan ekonomi AS akan menjadi penggerak sentimen pasar keuangan Indonesia hari ini
Jakarta, CNBC Indonesia – Mayoritas pasar keuangan Tanah Air pada perdagangan Selasa (27/2/2024) kembali merana, kecuali Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang berhasil ditutup menguat meski tipis-tipis.
Pasar keuangan Indonesia diperkirakan masih bergerak beragam hari ini. Selengkapnya mengenai sentimen penggerak pasar keuangan hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.
IHSG pada perdagangan kemarin ditutup menguat tipis 0,02% ke posisi 7.285,32, setelah sepanjang perdagangan kemarin bergerak di zona merah. IHSG masih cenderung bertahan di level psikologis 7.200. kemarin.
Nilai transaksi IHSG pada kemarin mencapai sekitar Rp 10 triliun, dengan melibatkan 21 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,3 juta kali. Sebanyak 235 saham menguat, 308 saham melemah dan 231 saham cenderung mendatar.
Investor asing kembali melakukan aksi jual bersih (net sell) kemarin. Tercatat, net sell asing mencapai Rp 1,18 triliun di seluruh pasar, dengan rincian sebesar Rp 652,85 miliar di pasar reguler dan sebesar Rp 522,73 miliar di pasar tunai dan negosiasi.
Sedangkan di bursa Asia-Pasifik, secara mayoritas menguat. Kecuali bursa saham Filipina (PSEI), Singapura (Straits Times), Korea Selatan (KOSPI), dan Thailand (SET).
Namun sayangnya, penguatan IHSG cenderung tipis-tipis, lebih tinggi sedikit dari Nikkei 225 Jepang. Adapun Shanghai Composite China menjadi juaranya yakni melonjak 1,29%.
Berikut pergerakan IHSG dan bursa Asia-Pasifik pada perdagangan Selasa kemarin.
Sedangkan untuk mata uang rupiah pada perdagangan kemarin ditutup kembali melemah di hadapan dolar Amerika Serikat (AS).
Berdasarkan data Refinitiv, rupiah mengakhiri perdagangan kemarin di posisi Rp 15.635/US$ di pasar spot, melemah tipis 0,06% di hadapan dolar AS.
Di Asia-Pasifik, cenderung kembali bervariasi, di mana ringgit Malaysia menjadi yang paling kencang penguatannya kemarin yakni mencapai 0,31%. Sedangkan peso Filipina kembali menjadi yang paling parah koreksinya kemarin yakni mencapai 0,25%.
Berikut pergerakan rupiah dan mata uang Asia pada perdagangan Selasa kemarin.
Adapun di pasar surat berharga negara (SBN), pada perdagangan kemarin harganya kembali melemah, terlihat dari imbal hasil (yield) yang kembali naik.
Melansir data dari Refinitiv, imbal hasil (yield) SBN tenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara terpantau naik 1,6 basis poin (bp) menjadi 6,585%.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%. Ketika yield naik, maka tandanya investor sedang melepas SBN.